BREAKING NEWS

André Onana di Bawah Sorotan: Mengurai Blunder dan Harapan di Manchester United

PANGGILAJI • Bayangkan berdiri di bawah mistar gawang Old Trafford, dengan puluhan ribu mata menatap setiap gerakan Anda. Sorak sorai bisa berubah jadi cemoohan dalam sekejap. Di sinilah André Onana berada sejak bergabung dengan Manchester United pada Juli 2023.

André Onana kiper Kamerun, datang dengan reputasi cemerlang: tiga gelar Eredivisie bersama Ajax, final Liga Champions bersama Inter Milan, dan gaya bermain modern yang memukau.

Tapi, dua musim kemudian, nama André Onana lebih sering dikaitkan dengan blunder daripada penyelamatan gemilang. Puncaknya?

Laga imbang 2-2 melawan Lyon di perempat final Liga Europa pada April 2025, yang membuatnya dicadangkan untuk pertama kalinya. Apa yang salah dengan André Onana? Apakah ini akhir cerita, atau masih ada babak baru yang menanti?

Mari kita telusuri kisahnya, dari kesalahan yang mencuri headline hingga potensi kebangkitan yang mungkin terlewatkan oleh banyak mata.

Kronologi Blunder: Dari Awal hingga Lyon

Perjalanan Onana di Manchester United dimulai dengan harapan besar, tapi bayang-bayang kesalahan seolah mengintai. Musim 2023/24 menjadi panggung awal.

Di laga pra-musim melawan RC Lens, ia kebobolan dari tendangan jarak jauh Florian Sotoca yang seharusnya bisa ditahan.

Melawan Galatasaray, tendangan bebas Hakim Ziyech membuat gawangnya jebol. Nottingham Forest? Ia kalah dalam duel satu lawan satu dengan Taiwo Awoniyi.

Di Liga Champions, kesalahan umpan melawan Bayern Munich membuka gol Leroy Sane, dan dua blunder melawan Galatasaray termasuk penalti memperburuk reputasinya.

Musim 2024/25 tidak lebih mudah. Lawan Brighton, Onana gagal menangkap umpan silang Kaoru Mitoma, membiarkan Georginio Rutter mencetak gol.

Di Viktoria Plzen, umpan pendeknya ke Matthijs de Ligt nyaris fatal. Puncaknya terjadi di Lyon: tendangan bebas Thiago Almada lolos dari tangannya, dan bola muntah dimanfaatkan Rayan Cherki.

Statistik mencatat delapan kesalahan fatal Onana yang berujung gol, terbanyak di antara kiper Premier League, dengan rasio kebobolan satu gol setiap 63 menit. Angka ini seperti alarm yang terus berbunyi, tapi apakah cerita ini hanya tentang kegagalan?

Analisis Taktis: Mengapa Blunder Terjadi?

Untuk memahami blunder Onana, kita harus melihat lebih dari sekadar kesalahan individu. United di bawah Ruben Amorim menerapkan build-up play yang menuntut kiper berperan sebagai “penutup” serangan.

Onana, yang dikenal mahir mendistribusikan bola sejak di Ajax, sering diminta mengirim umpan pendek di bawah tekanan. Tapi, seperti di Plzen, keputusan ini kadang berujung petaka.

Data menunjukkan United menghadapi 3,4 tembakan per laga, tertinggi dalam 20 tahun menandakan lini belakang yang rapuh.

Onana pun terpaksa bekerja lebih keras, mencatat 3,4 penyelamatan per laga, angka yang lebih baik dari David de Gea di musim terbaiknya.

Secara teknis, kelemahan Onana terlihat pada bola lambung seperti di Lyon dan keraguan dalam duel satu lawan satu, seperti melawan Awoniyi.

Tapi, menyalahkan Onana sepenuhnya ibarat menyalahkan penutup buku karena ceritanya buruk. Sistem pertahanan United yang inkonsisten turut memperbesar risikonya.

Psikologis: Tekanan di Luar Lapangan

Di balik sarung tangan kiper, Onana adalah manusia. Tahun 2025 bukan tahun mudah baginya.

Cemoohan fans di Lyon, kritik pedas dari Nemanja Matic yang menyebutnya “salah satu kiper terburuk United,” dan komentar Peter Schmeichel bahwa “fans tidak pernah merasa aman” menambah beban.

Di luar lapangan, istrinya, Melanie Kamayou, menjadi korban perampokan, sebuah insiden yang pasti mengguncang.

Onana pernah berkata, “Saya ingin menjadi polisi jika bukan pesepakbola,” menunjukkan sifatnya yang suka mengambil tanggung jawab.

Tapi, kepercayaan diri ini kadang menjadi bumerang, seperti saat ia meremehkan Lyon sebelum laga, hanya untuk blunder dua kali.

Namun, ada sisi lain. Yayasan André Onana, yang telah membantu 1.200 anak di Afrika dengan operasi gratis, menunjukkan hati besarnya.

Filantropi ini mungkin jadi pelarian dari tekanan, tapi juga pengingat bahwa Onana lebih dari sekadar kiper yang blunder.

Reaksi dan Dinamika Tim

Blunder Onana memicu gelombang reaksi. Amorim, dengan diplomatis, berkata, “Kesalahan adalah bagian dari sepak bola.” Bruno Fernandes membelanya: “Kami tahu kualitasnya.”

Joshua Zirkzee bahkan menyebut kritik terhadap Onana “konyol.” Tapi, di sisi lain, Schmeichel dan Roy Keane tak ragu menyerang. “Sulit bertahan jika kiper terus blunder,” ujar Keane.

Laporan dari ruang ganti menyebut ketegangan pasca Lyon, dengan beberapa pemain mulai meragukan Onana, meski Amorim berusaha meredam.

Pencadangan melawan Newcastle pada 13 April 2025 menjadi titik balik. Altay Bayindir, penggantinya, juga blunder, menunjukkan bahwa masalah kiper United bukan hanya soal Onana. Ini seperti cerita di mana semua orang mencari penutup, tapi lupa memperbaiki fondasinya.

Perbandingan Historis: Onana dalam Konteks United

Bagaimana Onana dibandingkan dengan kiper legendaris United? De Gea unggul dalam penyelamatan reaksioner, tapi lemah dalam distribusi area kekuatan Onana.

Edwin van der Sar adalah simbol ketenangan, sesuatu yang masih kurang pada Onana di momen krusial.

Peter Schmeichel? Standar emas dengan kepemimpinan yang sulit ditandingi. Namun, data menunjukkan Onana punya potensi: ia menduduki peringkat kedua di Premier League untuk goals prevented (setelah Jordan Pickford), menunjukkan bahwa di balik blunder, ada kiper kelas dunia yang tersembunyi.

Dampak dan Spekulasi Masa Depan

Blunder Onana berdampak nyata. Imbang melawan Lyon dan kekalahan dari Brighton memperburuk posisi United di peringkat 13 Premier League.

Pencadangan di Newcastle memicu spekulasi transfer, dengan nama seperti Zion Suzuki dan Bart Verbruggen dikaitkan. Tapi, mengganti Onana bukan jawaban sederhana.

Bayindir, yang diharapkan jadi solusi sementara, justru memperlihatkan kerapuhan serupa. Ini seperti mengganti kapten kapal tanpa memperbaiki lambungnya.

Solusi: Jalan Menuju Kebangkitan

Onana bukan kiper sembarangan. Ia pernah membawa Inter ke final Liga Champions, jadi ada harapan.

Pertama, ia perlu memperbaiki pengambilan keputusan pada bola lambung dan duel satu lawan satu.

Kedua, United harus memperkuat pertahanan data menunjukkan expected goals against (xGA) mereka tertinggi di liga.

Ketiga, sesi dengan psikolog olahraga bisa membantu Onana mengelola tekanan. Terakhir, Amorim perlu menemukan keseimbangan antara build-up play dan stabilitas defensif. Onana bukan masalah; ia bagian dari teka-teki yang lebih besar.

Penutup: Menimbang Warisan Onana

André Onana berdiri di persimpangan. Blunder-blundernya dari RC Lens hingga Lyon adalah noda di buku ceritanya, tapi bukan akhir.

Ia adalah kiper yang pernah menaklukkan Eropa, filantropis yang mengubah hidup ribuan anak, dan manusia yang berjuang di bawah tekanan.

Leg kedua melawan Lyon pada 18 April 2025 bisa jadi titik balik, atau awal dari babak baru yang lebih cerah.

Seperti kata pepatah sepak bola, “Form is temporary, class is permanent.” Akankah Onana membuktikannya?

Questions & Answers

1. Apa saja blunder terbesar André Onana di Manchester United?
Onana melakukan delapan kesalahan fatal yang berujung gol, termasuk melawan RC Lens (2023), Bayern Munich (2023), Brighton (2024), dan Lyon (2025), dengan puncaknya gagal menahan tendangan bebas Thiago Almada di Liga Europa.

2. Mengapa Onana sering blunder di United?
Kombinasi build-up play berisiko, pertahanan United yang rapuh (3,4 tembakan per laga), dan tekanan mental (kritik fans, insiden pribadi) berkontribusi. Kelemahannya pada bola lambung juga terlihat.

3. Apakah Onana akan diganti di United? 
Ada spekulasi soal Zion Suzuki dan Bart Verbruggen, tapi pencadangan Bayindir yang juga blunder menunjukkan United mungkin fokus memperbaiki sistem daripada mengganti kiper.

4. Bagaimana performa Onana dibandingkan De Gea?
Onana unggul dalam distribusi bola (84% akurasi umpan vs. 67% De Gea), tapi kalah dalam penyelamatan reaksioner. Ia mencatat lebih banyak goals prevented di 2024/25.

5. Apa yang bisa dilakukan Onana untuk bangkit?

Fokus pada bola lambung, manajemen tekanan via psikolog olahraga, dan dukungan taktis dari Amorim untuk mengurangi risiko build-up play bisa membantu. 

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment